Bejontakng
(Tradisi dalam Pernikahan Adat
Dayak Simpang Desa Gema Kabupaten Ketapang)
Adil ka talino, bacuramin ka saruga
, basengat ka jubata.
Pisakng komakng lantakng, tobuh
lulokng anak lunye yang manyabe bonang, tarok yang beringin tali di samakng
banua panyakng, di ujong mantangan tanok.
1.
Hakikat
Bejontakng
Bejontakng
merupakan satu diantara tradisi dalam pernikahan adat Dayak Simpang yang berada
di Desa Gema Kecamatan Simpang Dua Kabupaten Ketapang. Bejontakng didefinisikan sebagai kegiatan memperkenalkan anggota
keluarga dari pihak mempelai laki-laki (pengentikng
lelakiy) kepada mempelai perempuan (pengentikng
betinuw) begitu juga sebaliknya. Dalam adat bejontakng mempelai laki-laki maupun perempuan masing-masing diapit
oleh pengapiy. Pengapiy ini
masing-masing dua orang. Pengapiy pertama adalah pengapiy tuwow artinya pureh
tuwow dan pengapiy mudow artinya pureh mudow. Dalam acara bejontakng ini
kedua mempelai dan anggota keluarga duduk mengelilingi sensayau yang dikenal dengan istilah botang pisang rayow tungkat tobuw
jewow di genggang lantakng ruang di sidok lansor tongah. Adapun sensayau ini merupakan
suatu bentuk tempat sesajian tetapi dalam bentuk yang lebih besar dengan
ketinggian kurang lebih 2 meter. Sensayau didirikan dengan masing-masing tiang
terbuat dari buloh below, botakng pisang rayow dan tobuw jewow. Pada bagian atas sensayau
ditutupi dengan kain putih yang dikenal dengan sebutan payokng agong. Di sekililing sensayau ditutupi dengan geriy dengan tujuan menutupi sensayau
karena menurut kepercayaan masyarakat setempat, sensayau ini adalah perempuan.
Pada lantai dasar sensayau adalah tempayan tajau yang isinya tuak.
Kemudian pada bagian depan sensayau terdapat tangga kecil yang terbuat dari
buluh dikenal dengan istilah buloh geding
. pada keempat tiang sensayau terdapat sensugut
dengan hiasan rodas. Pada tingkat
dua sensayau terdapat berbagai macam sesajian dalam nampan besar (talam panuata) antara lain: beras kuning,
daging ayam bakar, pelitow, geyong sensayau dan inasnya.
Sensayau pernikahan adat |
Kedua mempelai dan anggota keluarga duduk mengelilingi sensayau |
Sumber:
Dokumentasi pribadi
Seperti sudah dijelaskan sebelumnya, dalam acara
bejontakng kedua mempelai dan anggota keluarganya duduk mengelilingi sensayau.
Khusus untuk kedua mempelai dan pengapitnya harus menggunakan pakaian adat.
Mempelai laki-laki menggunakan baju adat warna hitam yang dikenal dengan
istilah bejuw penabor aceh becangai
dan menggunakan celana adat warna hitam yang dikenal dengan istilah selewar seting lajak bekakiy. Pada
bagian kepala mempelai laki-laki diikatkan labokng
cincin untuk mempererat labokng
subakng agar tidak mudah lepas. Labokng subakng dilengkapi dengan peradow, dan berikutnya pada labokng
subakng disematkan jemang. Pada
tangan mempelai laki-laki dipasangkan sepasang golang pintal masing-masing satu di tangan kanan dan satu di tangan
kiri. Gelang ini tidak boleh dilepas selama pernikahan adat tiga hari dan tiga
malam. Pada pinggang lelaki terdapat pempodal
ayam.
Mempelai laki-laki menggunakan pakaian adat lengkap. |
Mempelai perempuan menggunakan pakaian adat lengkap. |
Mempelai perempuan memakai pakaian adat
yang sedikit memiliki perbedaan dengan pakaian adat yang digunakan oleh
mempelai laki-laki. Pada bagian kepala perempuan juga menggunakan labokng
subakng dan labokng cincin hanya saja pada perempuan jemang lebih kecil dan
tidak memiliki langai. Mempelai
perempuan menggunakan baju adat biasanya warna merah yang dikenal dengan
istilah bejuw geriat. Dan menggunakan
celana adat warna hitam yang dikenal dengan istilah
rok geriy. Ikat pinggang mempelai perempuan ada tiga macam yaitu: ikat pinggang goniy uang, ikat pinggang goniy temet dan ikat pinggang goniy rantai. Selain itu
pada pinggang perempuan juga dililitkan ikat
pinggang kancing betorei agar celana adat mempelai perempuan tidak mudah
terlepas. Pada kedua tangan mempelai perempuan dipasangkan sepasang golang pipeh, masing-masing satu
disebelah kanan dan satu disebelah kiri. Golang pipeh ini tidak boleh lepas
dari mempelai perempuan selama pernikahan adat yaitu tiga hari dan tiga malam.
Gelang ini menandakan bahwa perempuan tersebut adalah mempelai perempuan.
2.
Kedudukan
dan Fungsi Acara Bejontakng
Pernikahan adat di Desa Gema ini kegiatan bejontakng
merupakan rangkaian kegiatan yang
penting dan unik. Dikatakan penting karena dalam kegiatan bejontakng
inilah kedua mempelai memperkenalkan sekaligus mengakui kepada orang banyak
bahwa orang-orang yang duduk dalam lingkaran jontakng merupakan anggota keluarga mereka. Selain itu, acara
bejontakng ini juga unik. Dikatakan unik karena kegiatan bejontakng ini hanya
terdapat di dalam pernikahan adat Dayak Simpang yang berada Di Desa Gema saja.
Sedangkan pada pernikahan adat pada Dayak Simpang lainnya tidak mengenal acara bejontakng. Dayak Simpang merupakan
masyarakat yang berdomisili dua kecamatan yaitu di Kecamatan Simpang Dua dan
Kecamatan Simpang Hulu Kabupaten Ketapang (baca; Tradisi Lisan Dayak yang Tergusur dan Terlupakan). Kawasan ini terletak diantara 1200 1.44 – 1200 21.
51 BT dan 60 46- 70
43. 58 LS (Djuweng dkk, 2003: 1). Dari segi bahasa, terdapat tiga
bahasa yang dituturkan oleh masyarakat Dayak Simpakng.
Pertama bahasa Baram, kedua bahasa Gore, dan ketiga bahasa Baya (Djuweng dalam Bastian 2013 : 13.
Secara garis besar kegiatan bejontakng ini merupakan
suatu pengenalan dan pengakuan kedua mempelai kepada masyarakat mengenai
anggota keluarganya. Dengan bejontakng kedua mempelai akan mengenalkan
mertuanya, mempelai akan memperkenalkan sepupu-sepupunya, baik abang maupun
adik. Adanya bejontakng juga kelak dikemudian hari kedua mempelai akan
menghormati orang-orang yang dijontang tadi.
3.
Prosesi
Acara Bejontakng
Sebelum acara
bejontakng dimulai maka perwakilan dari pemilik acara akan ngemukak adat dengan menggunakan bahasa :
Semuyak
segenow kam yang dow dituw telah kamei unang kamiy amel pow eh mat am jerak kam
detang tomus suntokng selopak kerumah tetangow tempat engon (.....) oleh sebab
nyuw bepadah beceritow bahkan di rumah rayow betang panyang di tiang gonting
tangow rangah nangkow junyong pinang salong pow kammy noe ngumpol semematow noe
ngunang sememadiy jangan kan ketikow bosai kirow pun kocit nak
mangkuw gewai ulah lakuw kerejow dalam ulah lakue kerejow noe pemulow adalah
mengingat adat lamat lemagow tuwow.
Selama acara bejontakng, kegiatan ini dari awal
sampai akhir akan diiringi dengan musik gong
gemal. Beberapa orang yang mahir dan terampil akan begemal. Ada yang membunyikan gong, ketawak, gamelan, gendang, beboniy
dan rerociy. Mereka akan memainkan
alat musik tersebut secara terus-menerus dari awal kegiatan bejontakng hingga
acara selesai tanpa berhenti.
Ada beberapa rangkaian kegiatan dalam acara adat
bejontakng ini. Adapun rangkaian kegiatan tesebut dapat dijabarkan sebagai
berikut.
a) Mempelai
memberikan pempinang.
b) Mempelai
memberikan minuman adat.
c) Mempelai
memberikan peneun.
3.1
Mempelai Memberikan Pempinang
Rangkaian pertama dari kegiatan
bejontakng ini adalah kedua mempelai masing-masing memberikan pempinang kepada
anggota keluarganya. Pempinang ini dikenal dengan istilah pempinang ansai anyam matow
punai. Adapun pempinang ini terdiri dari buah pinang kering, daun sirih, genyei, dan kapor. Khusus orang tua makan pempinang ini menggunakan sejenis
alat gegocok. Pertama kedua mempelai
akan sama-sama memberikan pempinang kepada mentuwow
degin , kemudian memberikan kepada mentuwow
kebusong, selanjutnya memberikan pempinang kepada ipar bilas tuwow , kemudian kepada ipar bilas mudow dan terakhir pempinang diberikan kepada ipar menamai. Setelah selesai memberikan
pempinang kemudian kedua mempelai kembali ke mentuwow degin untuk memberikan
minuman adat.
Mempelai laki-laki memberikan pempinang |
Mempelai perempuan memberikan pempinang |
Sumber:
Dokumentasi pribadi
3.2
Mempelai Memberikan Minuman Adat
Rangkaian acara selanjutnya dalam
bejontakng adalah kedua mempelai memberikan minuman adat. Minuman adat tersebut
dinamakan dengan tuak puroh. Kedua
mempelai sesuai urutannya memberikan tuak masing-masing satu cawan kecil mulai
dari mentuwow degin sampai ipar menamai. Setelah selesai memberikan minuman
adat maka kedua mempelai akan kembali ke mentuwow degin untuk memberikan peneun.
Mempelai laki-laki memberikan minuman adat. |
Mempelai perempuan memberikan minuman adat. |
Sumber:
Dokumentasi pribadi
3.3
Mempelai memberikan Peneun
Rangkaian acara selanjutnya adalah kedua
mempelai memberikan peneun. Peneun
ini bermacam-macam tergantung dari kemampuan pembiayaan dari kedua mempelai.
Tetapi pada umumnya peneun ini adalah daging. Sedangkan untuk besaran banyaknya
daging tergantung dari kemampuan orang yang punya acara pernikahan. Proses
memberikan peneun ini sama mulai dari mentuwow
degin dan terakhir peneun diberikan kepada ipar menamai.
Setelah prosesi ketiga hal diatas
selesai maka rangkaian acara berikutnya adalah menari adat. Pada jaman dahulu ketika
masyarakat dayak masih mendiami rumah betang biasanya menari pengantikng mengelilingi lima ruang
rumah betakng (rumah panjang). Mempelai laki-laki bersama
pengapitnya juga bersama ketua lemakuw
dan domokng lemakuw akan menari adat
mengelilingi sensayau. Sedangkan mempelai perempuan bersama pengapitnya
menunggu sambil memberikan tuak kepada mempelai laki-laki tadi. Setiap kembali
ke tempat asal yaitu tempat mempelai perempuan menunggu tadi , mempelai
laki-laki dan pengapit , lemakuw dan domokng akan diberikan minumkan tuak.
Setiap kembali ke awal putaran maka
lemakuw akan beunang-unang. Adapun
bahasa dalam beunang-unang kurang lebih sebagai berikut.
Adei kakak reng
benyak ungkak betang ujokng betang kuw
nyapoe nongkau nyirap nyimang ke bawah bawah eh adei kakak segenow benyak kata
aseh domong pateh tuwow kebeyah ugar mensaper. Kuw beagah beceritow sedang
bolum kamiy berentiy benari pengantikng.
Setelah menari sekitar lima putaran maka
acara bejontakng selesai . Di akhir acara, mempelai laki-laki, pengapit, lemakuw dan domokng lemakuw
memberikan tuak kepada setiap tamu
yang hadir dalam pernikahan adat tersebut. Acara bejontakng pun selesai.
Lemakuw, mempelai laki-laki dan pengapitnya menari adat mengelilingi sensayau |
Mempelai perempuan dan pengapitnya memberikan minuman adat kepada mempelai laki-laki yang menari adat |
Sumber:
Dokumentasi pribadi.
|
Foto bersama informan (Faskalis Reka/Pak Lusi/ Kek Bas) |
Sumber: Domukentasi
pribadi
Dan setiap akhir dari kegiatan
adat selalu diakhiri dengan mulang beyow.
Bahasa yang digunakan dalam mulang beyow
secara sederhana sebagai berikut.
Tuw kuw mulang
beyow pengabang pengunakng golak dow betomuw kelaiy gegah cokang perobut beyiy
ken keluarga atau ken urang lain . tuw lah sapat tentarow gewai dah santow
kerejow dah suntokng di tutup dengan mulang beyow pengabang pengunang . beyow
begurau beketawow . setelah begewai santow di tutup dengan pulang beyow makan
minum .
Lampiran
Daftar Istilah Lokal
Istilah/kata-kata
lokal |
keterangan |
Pisakng komakng lantakng, tobuh
lulokng anak lunye yang manyabe bonang, tarok yang beringin tali di samakng
banua panyakng, di ujong mantangan tanok |
Salam
dalam Bahasa Dayak Simpang
|
Pisakng
komakng lantakng |
Istilah
untuk menyebutkan pohon pisang yang sedang mekar |
tobuh
lulokng anak lunye |
Pohon
tebu orang Dayak pada jaman dulu |
manyabe
bonang |
Benang
yang terurai |
tarok
yang beringin tali |
Berada
di pohon beringin |
di
samakng banua panyakng |
Berada
di dinding rumah panjang (rumah betang) |
di
ujong mantangan tanok |
Istilah
untuk menyebutkan berada di akhir |
Bejontakng
|
Satu
diantara tradisi adat dalam pernikahan adat Dayak Simpang Desa Gema. |
pengentikng
lelakiy |
Mempelai
laki-laki |
pengentikng
betinuw |
Memperlai
perempuan |
Pengapiy |
Pendamping
bagi kedua mempelai yang sedang menikah |
pengapiy
tuwow |
Pendamping
mempelai dengan garis keturunan yang lebih tinggi |
pengapiy
mudow |
Pendamping
mempelai dengan garis keturunan yang lebih rendah |
pureh
tuwow |
Garis
keturunan yang lebih tua |
pureh
mudow |
Garis
keturunan yang lebih muda |
Sensayau |
Suatu
bentuk sesajian dalam pernikahan adat dengan tinggi sekitar dua meter. |
botang
pisang rayow tungkat tobuw jewow di genggang lantakng ruang di sidok lansor
tongah |
Sebutan
untuk istilah sensayau pernikahan adat |
buloh
below |
Bambu
warna kuning untuk tiang sensayau |
botakng
pisang rayow |
Sejenis
batang pisang yang digunakan untuk tiang sensayau |
tobuw
jewow |
Sejenis
tebu yang digunakan untuk tiang sensayau |
genggang
lantakng ruang |
Ruang
sudut rumah panjang |
sidok
lansor tongah |
Ruang
di tengah agak tepi di rumah panjang |
payokng
agong |
Kain
putih yang digunakan sebagai penutup atas sensayau |
Geriy |
Kain
batik jawa |
tempayan
tajau |
Tempayan
besar yang didalamnya berisi minuman adat. |
buloh
geding |
Bambu
kecil warna kuning untuk membuat tangga kecil pada sensayau |
Sensugut |
Bambu
yang berisi perhiasan rodas pada sensayau |
Rodas |
Perhiasan
warna-warni dari manik-manik |
geyong
sensayau |
Suatu
alat dari bambu berisi minuman adat |
Inas |
Alat
dari bambu sebesar jari untuk menghisap minuman adat |
Pelitow |
Alat
pencahayaan di dalam sensayau |
talam
panuatow |
Tempat
berbagai macam sesajen pada sensayau |
bejuw
penabor aceh becangai |
Sebutan
untuk baju adat yang digunakan dalam pernikahan adat |
selewar
seting lajak bekakiy |
Sebutan
untuk celana adat yang digunakan dalam pernikahan adat |
labokng
cincin |
Kain
yang dililitkan di kepala mempelai laki-laki |
labokng
subakng |
Hiasan
seperti mahkota yang berada di kepala mempelai laki-laki |
Peradow |
hiasan
dari benang atau manik manik |
Jemang |
Hiasan
kepala terbuat dari tembaga berbentuk kepala ayom jantan |
golang
pintal |
Gelang
yang digunakan oleh laki-laki sebagai orang yang menikah |
pempodal
ayam |
Perhiasan
dari tembaga yang diikat di pinggang |
Langai |
Ekor
pada jemang |
bejuw
geriat |
Baju
pada pengantin perempuan |
rok
geriy |
Rok perempuan dari songket |
ikat
pinggang goniy uang |
Ikat
pinggang dari duit perak |
ikat
pinggang goniy temet |
Ikat
pinggang dari perak |
ikat
pinggang goniy rantai |
Ikat
pinggang dari kawat rantai |
ikat
pinggang kancing betorei |
Ikat
pinggang perempuan |
golang
pipeh |
Gelang
perak yang dipakai perempuan |
Jontakng |
Meletakan
sesuatu dihadapan orang lain |
Pempinang |
Makanan
khas orang dayak |
Peneun |
Suatu
jenis pemberian mempelai kepada keluarganya sebagai hadiah |
pempinang ansai anyam matow punai |
Makanan
pinang yang diberikan oleh kedua mempelai dalam acara Bejontakng |
Genyei |
Daun
gambir yang dikeringkan |
Kapor |
Benda
seperti krim terbuat dari tengkuyung
yang dioleskan ke daun sirih. |
Gegocok |
Suatu
alat untuk menghaluskan pempinang. |
Ngemukak |
Istilah
untuk menyebutkan pembukaan dalam bahasa orang beradat |
Semuyak
segenow |
Semua
orang yang hadir |
detang
tomus |
Istilah
karena orang ramai sudah mau dan berkenaan meluang waktu datang ke acara
tersebut |
suntokng
selopak |
Ucapan
terima kasih karena sudah datang |
rumah tetangow |
Pemilik
rumah yang sedang melangsungkan acara.
|
tempat engon |
Tuan
yang menjadi pemilik acara
|
rumah rayow |
Rumah
panjang yang sudah sangat tua
|
betang panyang
|
Rumah
kediaman orang dayak pada jaman dulu |
tiang gonting |
Tiang
rumah adat panjang yang sudah mau putus
|
tangow rangah |
Tangga
panjang untuk naik ke rumah panjang yang sudah aus terlalu sering diinjak
kaki .
|
nangkow junyong
|
Pohon
nangka yang sudah tua seumur dengan rumah |
pinang salong |
Pohon
pinaang yang sudah sangat tua |
inyor bepangar |
Pohon
kelapa yang sudah sangat tua |
ngumpol semematow |
Berkumpul yang tidak ada manfaatnya |
ngunang sememadiy
|
Mengajak
ikut yang tidak ada manfaatnya |
mangkuw gewai |
Menyelenggarakan
acara adat |
ulah lakuw |
Suatu
perbuatan /kegiatan |
adat lamat |
Adat
atau kebiasaan yang sudah lama hidup dan berkembang |
lemagow tuwow |
Istilah
untuk menyebutkan sesuatu yang sudah tua sama dengan rumah panjang pohon
pinang, nangka dan kelapa.
|
gong
gemal |
Alat
musik tradisional dayak |
Begemal |
Kegiatan
memainkan alat musik gong gemal |
Ketawak |
Alat
musik tradisional seperti gong tetapi
lebih kecil |
Beboniy |
Alat
musik tradisional mirip gong |
Rerociy |
Alat
musik tradisional terbuat dari dua buah
besi pipih |
mentuwow
degin |
Orang
tua mendarah daging |
mentuwow
kebusong |
Panggilan
sopan kepada mertua |
ipar
bilas tuwow |
Istilah
sebutan abang |
ipar
bilas mudow |
Istilah
sebutan adik |
ipar
menamai |
Istillah
untuk adik sepupu |
tuak
puroh |
Minuman
khas Dayak |
ketuwow
lemakuw |
Orang
yang memimpin nari adat dalam bejontakng |
domokng
lemakuw |
Wakil
ketuwow lemakuw |
Beunang-unang
|
Membicarakan
adat dan aturan dalam menari pengantikng |
Adei
kakak |
Istilah
untuk menyebutkan tamu yang muda dan tua
|
reng
benyak |
Istilah
untuk menyebutkan semua yang hadir
|
ungkak
betang |
Awal
rumah panjang
|
ujokng
betang |
Paling
akhir dari rumah panjang
|
nyapoe
nongkau |
Memanggil
orang banyak
|
nyirap |
Kebiasaan
untuk menyimak orang lain bicara
|
nyimang
|
Untuk
mendengarkan omongan orang
|
segenow
benyak |
Istilah
untuk menyebutkan orang banyak yang hadir dalam acara tersebut
|
kata
aseh |
Kata-kata
tertentu yang keluar dari domong adat
|
domong
pateh |
Sebutan
untuk orang yang pandai beradat (kepala adat)
|
tuwow
kebeyah |
Orang
tua – orang tua yang pandai beradat
|
ugar
mensaper |
Penyebutan
untuk istilah mantan kepala adat pada jaman dahulu.
|
mulang
beyow |
Mengembalikan
orang yang hadir kembali ke rumah masing-masing
|
pengabakng
|
Orang
yang datang ke acara tetapi suka rela
|
pengunakng
|
Orang
yang tetapi di undang secara resmi.
|
kelaiy
gegah |
Berkelahi
yang tidak ada akhir
|
gewai
|
Suatu
acara atau kegiatan yang melibatkan orang banyak
|
santow
|
Istilah
untuk menyebutkan bahwa acara telah selesai dengan baik
|
suntokng
|
Selesai
dalam hal apapun dalam acara tersebut
|
begurau
beketawow |
Istilah
untuk menyebutkan kegiatan bersenda gurau
|
cokang
perobut |
Memperebutkan
sesuatu supaya tidak berkelahi
|
sapat |
Membatasi
jika terjadi hal yang tidak diinginkan dalam acara tersebut.
|
Tentarow
|
Istilah
untuk menyebutkan jarak dalam bahasa adat
|
Daftar
pustaka :
1.
Djuweng,
Stepanus dkk. 2003. Tradisi Lisan Dayak
yang Tergusur dan Terlupakan. Pontianak: Institut Dayakologi.
2.
Arisandi,
Bastian. 2013. Nilai
Budaya dalam Cerita Sabunzu Sarokng Antu Sastra Lisan Dayak Simpakng Kabupaten
Ketapang. Pontianak: Universitas
Tanjungpura.