NILAI BUDAYA DALAM CERITA SABUNZU SAROKNG ANTU SASTRA LISAN
DAYAK SIMPAKNG KABUPATEN KETAPANG
OLEH: BASTIAN ARISANDI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Usaha pembinaan dan pengembangan kebudayaan nasional tidak
terlepas dari upaya penggalian sumber-sumber kebudayaan daerah yang banyak tersebar dari seluruh tanah air
termasuk di Kalimantan Barat.
Usaha tersebut mempunyai arti penting tidak hanya bagi kebudayaan itu sendiri
melainkan juga kebudayaan nasional. Dalam hal ini, usaha pengkajian sastra
daerah khususnya yang mencangkup cerita rakyat akan terus diupayakan sehingga
cerita rakyat tersebut tetap lestari dan tidak punah.
Hal ini dinilai penting, karena dewasa ini sastra daerah terutama cerita rakyat seolah-olah
telah terlupakan. Padahal, cerita rakyat banyak mengandung nilai-nilai yang
sangat bermanfaat serta mempunyai makna-makna
dalam bentuk
isi yang perlu diwarisi oleh pemakainya. Selain itu, kebudayaan daerah khususnya yang mencangkup cerita
rakyat merupakan budaya leluhur dan wahana untuk berkomunikasi antar masyarakat
lama dengan masyarakat sekarang.
Cerita
rakyat merupakan bagian dari sastra daerah yaitu suatu kebudayaan yang tumbuh
dan berkembang di tengah-tengah masyarakat. Kehidupan sastra daerah itu dapat
dikatakan masih berkisar pada sastra lisan.
Sastra lisan merupakan bagian dari karya sastra.
Satu
diantara bentuk sastra lisan adalah cerita rakyat. Cerita rakyat sering
dikaitkan dengan folklor. Folklor adalah sebagian kebudayaan, suatu kolektif
yang tersebar dan diwariskan turun-temurun, di antara kolektif macam apa saja,
secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun
contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu pengingat (minemonic device) (Danandjaja, 1986: 2).
Berdasarkan pendapat tersebut disimpulkan bahwa cerita
rakyat merupakan bagian dari folklor karena cerita rakyat merupakan warisan
yang diturunkan secara turun-temurun secara lisan.
Cerita
rakyat merupakan satu diantara sastra daerah yang diwariskan secara
turun-temurun secara lisan atau dituturkan secara lisan. Oleh karena itu, maka
cerita rakyat disebut sastra lisan. Demikian juga dengan cerita Sabunzu Sarokng Antu (kemudian disingkat
SSA) merupakan bagian dari sastra lisan yang hidup dan berkembang
ditengah-tengah masyarakat Dayak Simpakng Kecamatan Simpang Dua Kabupaten
Ketapang.
Cerita SSA merupakan cerita Dayak Simpakng yang
dianggap beruntung. Ini dikarenakan tim peneliti dari
Institut Dayakologi pernah melakukan proses transkripsi terhadap cerita SSA.
Hal ini merupakan satu diantara usaha dalam mempertahankan cerita SSA agar tetap
dilestarikan.
Keberuntungan cerita SSA hanya sebatas pernah
didokumentasi dan ditranskripsi saja. Sejak didokumentasikan dan
ditranskripsikan oleh tim dari Institut Dayakologi hingga sekarang cerita ini
dibiarkan terbengkalai. Dalam usaha melanjutkan usaha dari Tim institut
Dayakologi tersebut, diperlukan usaha nyata agar cerita SSA tidak mengalami
stagnasi penelitian. Hal ini juga menunjukkan adanya usaha agar cerita SSA
tetap dapat dilestarikan dan mampu
menggugah generasi muda Dayak Simpakng untuk tetap menaruh minat dan perhatian pada
cerita rakyat maupun sastra daerah lainnya. Jika tidak maka sastra daerah
umumnya dan cerita rakyat khusunya akan menjadi sastra yang “mati”. Senada
dengan Syam (2010: 6) mengemukakan “jika tidak ada lagi yang berminat dengan
sebuah sastra daerah, maka akan menjadi sastra yang statis, bahkan menjadi
sastra yang mati”. Memperhatikan hal-hal di atas, mau tidak mau penelitian
terhadap cerita SSA harus segera dilaksanakan.
Cerita SSA merupakan cerita yang ditenggarai banyak
mengandung nilai-nilai budaya yang mampu dijadikan alat pendidikan.
Maka cerita SSA menjadi satu
diantara cerita rakyat Kalimantan Barat yang telah mendapat rekomendasi dari
Kakanwil Depdikbud Provinsi Kalimantan Barat sebagai bahan pengajaran muatan
lokal pada jenjang pendidikan SD, SLTP dan SLTA di Kalimantan Barat. Hal ini
merupakan suatu kebanggaan tersendiri, mengingat begitu banyaknya cerita rakyat
yang ada di Kalimantan Barat.
Mengingat pentingnya cerita SSA di atas, penelitian
terhadap cerita SSA harus segera dilaksanakan secepatnya.
Seiring
dengan perkembangan zaman, perlahan tetapi pasti kebudayaan daerah mulai
tergusur oleh perkembangan itu sendiri. Tak terelakkan, cerita rakyat yang
merupakan tradisi lisan mulai tergusur oleh perkembangan tersebut. Djuweng
(2003: ix) mengemukakan
“betapa tidak, selama
ini anak-anak Simpakng yang sudah berpendidikan ala kota (baca barat) tidak
hanya cenderung melupakan tradisi lisan mereka, tetapi juga orang-orang yang
berada pada barisan paling depan yang menggusur keberadaan sastra lisan”. Dari pendapat ini
terungkap sebuah fakta bahwa kaum muda yang berpendidikan merupakan bagian terdepan
dalam menggusur sastra lisan. Hal ini sungguh ironis, seharusnya kaum muda dan
berpendidikanlah yang merupakan barisan terdepan dalam melestarikan tradisi
lisan yang ada pada masyarakat Dayak Simpakng.
Sastra lisan secara umum memuat berbagai aspek
kearifan lokal dari pemiliknya. Sebagai sebuah kearifan lokal yang menjadi
identitas pemiliknya maka sudah layak dan seharusnya cerita SSA dilestarikan.
Kearifan lokal yang merupakan warisan dari nenek moyang tidak hanya
dilestarikan namun hendaknya dihargai dan dilaksanakan dalam kehidupan
sehari-hari. Memperhatikan nilai kearifan lokal tersebut cerita SSA sangat
mendesak dan harus secepatnya diteliti.
Sehubungan
dengan hal-hal di atas peneliti merasa
perlu untuk melakukan penelitian terhadap cerita SSA. Penelitian terhadap
cerita rakyat, khususnya cerita SSA bukan semata-mata untuk menampilkan sikap
kedaerahan, tetapi juga sebagai usaha untuk melestarikan unsur kebudayaan yang
hingga saat sekarang nyaris punah. Adanya penelitian ini diharapkan mampu untuk
menggugah para generasi muda agar berpartisipasi aktif dalam mempertahankan
aset daerah yang sangat berharga ini.
Adapun
alasan peneliti memilih cerita SSA sebagai cerita yang diteliti dengan
memerhatikan hal-hal sebagai berikut.
1. Cerita SSA banyak mengandung nilai-nilai kearifan
lokal yang mau tidak mau harus dilestarikan bahkan kearifan lokal ini tidak
hanya dilestarikan tetapi dihargai dan lebih penting menjadi panutan dalam
bertindak dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini terutama nilai budaya,
karena menyangkut seluruh aspek kehidupan masyarakat.
2. Cerita
SSA merupakan cerita yang meskipun sudah mendapat rekomendasi dari Depdikbud
Kalimantan Barat sebagai mata pelajaran muatan lokal di sekolah-sekolah namun
kenyataan yang ada justru cerita ini dibiarkan terbengkalai sehingga diperlukan
penelitian lanjutan agar eksistensi cerita SSA di Kalimantan Barat tetap
terjaga. Maka peneltitian terhadap cerita SSA harus secepatnya
dikaji secara lebih mendalam.
3. Satu
di antara langkah logis peneliti sebagai bagian dari masyarakat Dayak Simpakng
dalam upaya menjaga kebudayaan yaitu dengan melakukan penelitian terhadap cerita
SSA. Hal ini dimaksudkan agar kaum muda lainnya dan masyarakat Dayak Simpakng
secara keseluruhan tergugah untuk mempertahankan cerita lainnya maupun
kebudayaan lain yang terdapat pada masyarakat Dayak Simpang itu sendiri.
Cerita rakyat merupakan bentuk kebudayaan yang banyak mengandung
nilai-nilai yang mampu menjadi pedoman, acuan dan pegangan dalam berkehidupan.
Nilai merupakan ukuran baik-buruk, benar-salah, boleh-tidak boleh, indah-tidak
indah suatu perilakuatau pernyataan yang berlaku dalam kehidupan suatu kelompok
masyarakat. Nilai dalam suatu masyarakat memiliki tingkat-tingkat tertentu yang
disesuaikan dengan kebiasaan hidup masyarakat yang bersangkutan ( Fatimah, 2008:
120).
Satu di antara bentuk nilai tersebut adalah
nilai budaya. cerita SSA merupakan bentuk sastra lisan yang mengandung nilai budaya. Nilai budaya merupakan unsur penting agar manusia berperilaku dalam
kehidupan sehari-hari sesuai dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat.
Nilai budaya memegang peranan penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
serta bertanah air.
Nilai budaya membahas tiga persoalan pokok
yaitu nilai budaya yang berhubungan
dengan Tuhan, nilai budaya berhubungan dengan sesama manusia, dan nilai budaya
hubungan manusia dengan alam. Dalam hubungannya dengan Tuhan, nilai budaya
memandang bahwa manusia harus bersyukur kepada Tuhan, manusia berdoa dan
meminta pertolongan pada Yang Mahakuasa. Dalam hubungannya dengan sesama
manusia, nilai budaya menyangkut aspek kepribadian dan aspek sosial. Artinya
terdapat nilai yang berasal dari diri individu maupun nilai yang berasal dari
hubungan sosial. Dalam hubungannya dengan alam, manusia merupakan makhluk yang
berhasil mengolah dan memanfaatkan alam, manusia memiliki akal dan pikiran
untuk memanfaatkan apa yang sudah disediakan oleh alam.
Nilai
budaya yang tercermin dalam cerita SSA diharapkan mampu menjadi pedoman, acuan
dan pegangan masyarakat Dayak Simpakng.
Adanya penelitian mengenai nilai budaya tidak hanya dijadikan pedoman, acuan
dan pegangan bagi masyarakat Dayak Simpakng saja tetapi juga untuk cakupan
masyarakat yang lebih luas.
Adapun
alasan peneliti memilih nilai budaya sebagai kajian yang akan diteliti dengan
pertimbangan sebagai berikut.
1. Nilai
budaya merupakan unsur penting dalam kehidupan sehari-hari dalam masyarakat.
Dalam hal ini nilai budaya dijadikan sebagai pedoman dan acuan dalam bertindak,
bertingkah laku, maupun bertutur kata.
2. Nilai
budaya mampu membentuk kepribadian masyarakat yang bertindak dan bertingkah
laku sesuai dengan norma-norma yang ada, sesuai dengan sopan-santun dan tata
krama dalam masyarakat.
3. Adanya
nilai budaya maka manusia bukan hanya menghormati Tuhan sebagai pencipta tetapi
juga saling menghormati antar sesama manusia bahkan dengan alam yang juga
merupakan ciptaan Tuhan.
Dihubungkan
dengan pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA, penelitian ini
bermanfaat sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Kelas X Kompetensi Dasar (KD) 1.
Memahami siaran atau cerita yang disampaikan secara langsung /tidak langsung. Standar Kompetensi (SK) 1.2
Mengidentifikasi unsursastra
(intrinsik dan
ekstrinsik) suatu
cerita yang
disampaikan secara langsung/tidak langsung.
Agar
tidak terjadi hal-hal yang merugikan baik bagi peneliti terdahulu, peneliti
sendiri maupun kepada pihak-pihak yang bersangkutan, telah dilakukan kajian
kepustakaan guna menemukan penelitian terdahulu yang berhubungan dengan nilai budaya. Sejauh ini peneliti
menemukan beberapa penelitian terdahulu yang relevan sebagai berikut.
1. 1. Penelitian
oleh Rubi Maharmarani, 2007 yang berjudul Nilai
Budaya dalam Novel Kapak Karya Dewi Linggasari. Adapun
kesimpulan dari penelitian Rubi Maharani yakni (a) nilai
religi yang terdapat dalam novel Kapak karya Dewi Linggasari meliputi roh nenek
moyang yang sebagai sumber kekuatan, roh jahat penyebab timbulnya bencana,
ukiran sebagai wujud penghormatan, upacara adat sebagai hari pembelaan para
istri, upacara adat sebagai wujud tanggung jawab, upacara pembuatan patung Mbis untuk melestarikan tradisi dan ajaran
mengenai konsep penciptaan, (b) nilai
sosial yang terdapat dalam novel Kapak karya Dewi Linggasari meliputi kekerasan
sebagai penyelesaian masalah dalam rumah tangga, sikap acuh terhadap
penderitaan orang lain, sikap kerja keras para wanita Asmat, gotong royong
dalam melakukan pekerjaan dan sikap kasih sayang terhadap anggota keluarga.
2. 2. Penelitian
oleh Fitri, 2011 yang berjudul Nilai-nilai
Budaya dalam Novel Ketika Cinta Bertasbih Karya Habiburahman El Shirazy. Kesimpulan dari penelitian Fitri yakni (a) nilai
budaya yang terlihat pada hakikat hidup manusia dalam KCB adanya sikap kerja
keras, sabar, waspada, berprinsip, dan bertanggung jawab dalam menjalani
kehidupan yang dijalankan dan dalam menentukan pilihan di dalam kehidupan, (b) nilai budaya yang
terlihat pada hubungan manusia dengan manusia dalam novel KCB adanya sikap
tolong-menolong, cinta kasih, rendah hati, bertanggung jawab dan saling
menghormati yang dilakukan dengan sesama manusia dalam menjalankan kehidupan.
3. 3. Penelitian
oleh Fitri Junia, 2011 yang berjudul Nilai-nilai
Budaya dalam Kumpulan Cerpen Indonesia Terbaik 2009 (20 Cerpen Anugrah Sastra
Pena Kencana). Adapun
kesimpulan dari penelitian Fitri junia yakni (a) nilai-nilai
budaya berupa manusia yang menjalin hubungan baik dengan sesama, adanya konflik
dengan orang lain, dam konflik dalam diri sendiri dilihat dari hubungan manusia
dengan manusia yang tampak melalui ucapan tokoh, perilaku tokoh, dan latar
peristiwa ditemukan dalam kumpulan cerpen Indonesia terbaik, (b) nilai-nilai budaya
berupa meyakini keberadaan Tuhan dan taat melaksanakan ajaran-Nya, meyakini
keberadaan Tuhan tetapi ingkar terhadap ajaran-Nya dan meyakini kekuatan
supranatural seperti mengenai hal-hal gaib dan roh-roh halus, (c) nilai-nilai budaya
berupa tunduk pada alam, menjaga keselarasan alam, dan berhasrat menguasai alam.
Berdasarkan
penelitian-penelitian di atas tampak perbedaan dengan penelitian ini yaitu pada
cerita yang akan diteliti dan juga lokasi penelitian. Penelitian ini meneliti
sastra lisan yaitu cerita Sabunzu Sarokng
Antu dengan lokasi penelitian di Desa Semandang Kanan Kecamatan Simpang Dua
Kabupaten Ketapang.
0 komentar:
Posting Komentar