Seputar Kehidupan Masyarakat
Dayak Simpakng
2.4.1 Sejarah, Asal-usul dan Penyebaran
Banua Simpakng atau Tonah Simpbang Sekayok adalah istilah lokal yang dipakai oleh Suku
Dayak Simpakng untuk menyebut satu kesatuan geo politik wilayah pemukiman
mereka. Dalam konteks pembagian wilayah administratif dewasa ini, Banua
Simpakng meliputi sebagian besar wilayah Kecamatan Simpang Dua dan Kecamatan
Simpang Hulu, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat.
Djuweng (2003: 2) mengemukakan Suku Dayak Simpakng menurut
tetua adat berasal dari Tamak Rawang,
di kawasan Sukadana, di Pantai Selat Karimata. Suku Dayak Simpakng untuk
selanjutnya bermigrasi ke pedalaman. Djuweng (2003: 2) lebih lanjut
mengemukakan kepindahan tersebut karena daya dukung lingkungan di tempat
pemukiman lama tidak lagi memadai untuk di huni. Ketika itu menurut para tetua
adat (dalam Djuweng, 2003: 2) masyarakat Dayak Simpakng yang di pimpin oleh Mangkgu Lurah. Ia adalah pemimpin
masyarakat yang bermukim di Tamak Rawang. Situasi di Tamak Rawang kala itu
sudah sangat sulit, rebung, paku, melinjau serta binatang buruan sudah sangat
langka sehingga perlu mencari tempat baru yang lebih memadai. Hingga akhirnya
sampailah mereka di daerah hulu-hulu sungai yang tanahnya sangat subur. Alam
masih sangat makmur. Kepala ikan berlumut karena tidak pernah di ambil
(Djuweng, 2003: 2). Sampai sekarang masyarakat Dayak Simpakng pun menetap di
daerah yang kini lebih di kenal dengan sebutan Tonah Simpakng Sakayok.
2.4.2
Bahasa
Bahasa Baram merupakan bahasa yang paling b
anyak
dituturkan oleh masayarakat Dayak Simpakng. Oleh karenanya Bahasa Baram ini
merupakan lingua franca bagi
masyarakat Dayak Simpakng. Bahasa Simpakng ini memiliki kesamaan-kesamaan
linguistik dengan bahasa yang dituturkan oleh Masyarakat Dayak di daerah
Kabupaten Sanggau, yakni Kelompok Pandu, Pompakng dan sebagian dari
kelompok-kelompok subsuku Dayak yang bermukim di lembah Sungai Sekadau.
2.4.3
Kondisi Perekonomian
Masyarakat Dayak Simpakng terkenal dengan pengolahan alam secara alami. Djuweng
(2003: 6) mengemukakan sistem asli pengelolaan sumber daya alam terpadu (Indigenous Integrated Natural Resources
System Management) adalah pola ekstraksi utama yang dilakukan oleh
masyarakat Dayak Simpakngdalam bidang ekonomi.
2.4.4
Sistem Kekerabatan
Pada
masyarakat Dayak Simpakng sistem kekerabatan (pureh) memegang peranan penting
dalam berbagai aspek kehidupan. Pureh ini akan menentukan cara penyapa dalam
individu, perkawinan pewarisan, hak milik, dan hubungan-hubungan social lainnya
(Djuweng, 2003: 9).
Sistem
kekerabatan Orang Simpakng memiliki kecenderungan penggabungan patrilinial dan
matrilineal yang lebih condong ke matrilineal. Menurut Djuweng (2003: 9) ciri
utama yang terlihat misal dengan menunjuk anak perempuan sebagai ahli warisnya.
Dalam hal ini dikenal dengan istilah penyerahan abu dapor. Abuh dapor ini diserahkan dalam upacara adat dan
disaksikan oleh orang ramai, menjelang usainya pesta perkawinan anak perempuan
bersangkutan.
2.4.5
Organisasi Sosial
Kawasan
masyarakat Dayak Simpakng terbagi ke dalam tiga kelompok yakni: kelompok
masyarakat di kawasan Sungai Kualan, kelompok masyarakat di Sungai Semandang,
dan kelompok masyarakat di kawasan Sungai Banjur. Secara politis dikenal dengan
sebutan umang desa samilan domong sapuloh
(kawasan desa sembilan domong sepuluh).
DAFTAR PUSTAKA
Arisandi, Bastian. 2012. Nilai Budaya dalam Cerita Sabunzu Sarokng Antu Cerita Rakyat Dayak Simpakng Kabupaten Ketapang. Pontianak: FKIP Universitas Tanjungpura.
Djuweng, Stepanus. 2003. Tradisi Lisan Dayak; yang tergusur dan terlupakan. Pontianak: Institut Dayakologi.
Syam, Christanto. Pembelajaran Ke Arah Sastra Daerah. Pontianak: FKIP Untan.
MAntap pak
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusWah terima kasih Pak Herry, saya baru belajar blogger nih hehee
BalasHapus