SASTRA DAN PSIKOLOGI
Menurut
Wellek dan Warren (1990;90) istilah psikologi sastra mempunyai empat
kemungkinan pengertian. Yang pertama adalah studi psikologi pengarang sebagai
tipe atau sebagai pribadi. Yang kedua adalah sebagai proses kreatif. Yang ketiga
studi tipe dan hukum-hukum psikologi yang diterapkan pada karya sastra. Dan
yang keempat mempelajari dampak sastra pada pembaca (psikologi pembaca).
Kejeniusan
seorang sastrawan selalu menjadi bahan pergunjingan. Sejak zaman Yunani,
kejeniusan dianggap disebabkan oleh semacam ``kegilaan`` (madness)- dari
tingkat neurotik sampai psikosis. Penyair adalah orang yang ``kesurupan``
(possessed). Ia berbeda dengan oranglain, dan dunia bawah sadar yang
disampaikan melalui karyanya dianggap berada di bawah tingkat rasional atau
justru supra-rasional.
Menurut
Freud (dalam Wellek dan warren, 1990; 92) seniman asal mulanya adalah seseorang
yang lari dari kenyataan ketika untuk pertama kalinya ia tidak dapat memenuhi
tuntutan untuk menyangkal pemuasan insting. Kemudian dalam kehidupan fantasinya
ia memuaskan keinginan erotik dan ambisinya. Tetapi ia dapat menemukan jalan
untuk keluar dari fantasi ini dan kemali ke kenyataan.
Kebanyakan
penyair menolak untuk disembuhkan atau menyusaikan diri dengan norma
masyarakat. Menyesuaikan diri berarti mamatikan dorongan penulis, atau berarti
mengikuti lingkungan yang dianggapnya munafik untuk borjuis. Menurut T.S Eliot penyair dianggapnya
mengulangi kembali atau tetap mempertahankan hubungan dengan masa
kanak-kanaknya dan dengan masa muda umat manusia, sementara ia melangkah ke
masa depan.
Proses
kreatif meliputi seluruh tahapan, mulai dari dorongan bawah sadar yang
melahirkan karya sastra sampai pada perbaikan terakhir yang dilakukan
pengarang. Bagi sejumlah pengarang, justru bagian akhir ini merupakan tahapan
yang paling kreatif.
Belum
banyak pembicaraan tentang proses kreatif yang bersifat umum dan menunjang
teori sastra. Setiap pembahasan modern tentang proses kreatif pasti menyorot
peran alam bawah sadar dan alam sadar pengarang. Pengarang yang sering
membicarkan proses kreatifnya lebih suka menyinggung prosedur teknis yang
dilakukan secara sadar daripada membicarakan ``bakat alam``, atau pengalaman
yang menjadi bahan karya, atau karyanya sebagai cermin atau prisma dari pribadi
mereka.
Sastrawan adalah spesialis dalam
asosiasi (wit), disosiasi (penilaian) dan mengkombinasikan kembali (menyatukan
unsur-unsur yang dialami secara terpisah. Sastra memakai kata sebagai medium.
Sastrawan mengumpulkan kata-kata seperti anak kecil mengumpulkan boneka,
perangko, atau binatang peliharaan. Bagi penyair, kata-kata bukanlah ``tanda``
suatu pasangan yang transparan melaikan ``simbol``, yang mempunyai nilai
dirinya sendiri di samping sebagai alat untuk mewakili hal lain. Simbol dapat
merupakan objek atau benda yang bernilai karena bunyinya atau penampilannya.
Untuk penulis naratif, yang disorot
adalah ``penciptaan`` tokoh dan cerita. Jadi pembicaraan tokoh bisa dianggap
campuran dari tokoh tipe yang sudah ada dalam tradisi sastra, orang-orang yang
diamati oleh pengarang, dan diri pengarang sendiri. Kadar pencampuran ini
bervariasi. Penulis realis boleh dikatakan membuat pengamatan terhadap perilaku
masyarakat dan menyajikan rasa empati, sedangkan penulis romantik membuat
proyeksi perasaannya. Tapi penokohan yang meyakinkan sulit dibuat hanya dari
pengamatan terhadap orang di sekitar pengarang.
Proses kreatif merupakan wilayah
penelitian dan penyidikan psikologi. Psikologi dapat mengklasifikasikan
pengarang berdasarkan tipe psikologi dan fisiologinya. Mereka bisa menguraikan
kelainan jiwanya, bahkan meneliti alam bawah sadarnya. Bukti-bukti untuk itu
diambil dari dokumen di luar sastra atau dari karya sastra sendiri. Untuk
menginterpretasikan karya sastra sebagai bukti psikolog, ia perlu
mencocokkannya dengan dokumen-dokumen di luar sastra.
Psikologi dapat menjelaskan proses
kreatif. Metode mengarang banyak diperhatikan dalam psikologi. Juga kebiasaan
pengarang merevisi dan menulis kembali karyanya. Ada studi genesis karya, tahap awal, buram,
dan bagian-bagian yang dibuang. Yang lebih bermanfaat adalah studi tentang
perbaikan naskah, koreksi, dan seterusnya, karena jika dipakai dengan tepat dapat
membantu melihat keretakan, ketidakteraturan, perubahan, dan distorsi yang
sangat penting dalam suatu karya sastra.
kerennnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnnn
BalasHapuspastinya hahaa
BalasHapus