Rabu, 06 Maret 2013

SASTRA DAN PSIKOLOGI


SASTRA DAN PSIKOLOGI
Menurut Wellek dan Warren (1990;90) istilah psikologi sastra mempunyai empat kemungkinan pengertian. Yang pertama adalah studi psikologi pengarang sebagai tipe atau sebagai pribadi. Yang kedua adalah sebagai proses kreatif. Yang ketiga studi tipe dan hukum-hukum psikologi yang diterapkan pada karya sastra. Dan yang keempat mempelajari dampak sastra pada pembaca (psikologi pembaca).
Kejeniusan seorang sastrawan selalu menjadi bahan pergunjingan. Sejak zaman Yunani, kejeniusan dianggap disebabkan oleh semacam ``kegilaan`` (madness)- dari tingkat neurotik sampai psikosis. Penyair adalah orang yang ``kesurupan`` (possessed). Ia berbeda dengan oranglain, dan dunia bawah sadar yang disampaikan melalui karyanya dianggap berada di bawah tingkat rasional atau justru supra-rasional.
Menurut Freud (dalam Wellek dan warren, 1990; 92) seniman asal mulanya adalah seseorang yang lari dari kenyataan ketika untuk pertama kalinya ia tidak dapat memenuhi tuntutan untuk menyangkal pemuasan insting. Kemudian dalam kehidupan fantasinya ia memuaskan keinginan erotik dan ambisinya. Tetapi ia dapat menemukan jalan untuk keluar dari fantasi ini dan kemali ke kenyataan.
Kebanyakan penyair menolak untuk disembuhkan atau menyusaikan diri dengan norma masyarakat. Menyesuaikan diri berarti mamatikan dorongan penulis, atau berarti mengikuti lingkungan yang dianggapnya munafik untuk borjuis.  Menurut T.S Eliot penyair dianggapnya mengulangi kembali atau tetap mempertahankan hubungan dengan masa kanak-kanaknya dan dengan masa muda umat manusia, sementara ia melangkah ke masa depan.
Proses kreatif meliputi seluruh tahapan, mulai dari dorongan bawah sadar yang melahirkan karya sastra sampai pada perbaikan terakhir yang dilakukan pengarang. Bagi sejumlah pengarang, justru bagian akhir ini merupakan tahapan yang paling kreatif.
Belum banyak pembicaraan tentang proses kreatif yang bersifat umum dan menunjang teori sastra. Setiap pembahasan modern tentang proses kreatif pasti menyorot peran alam bawah sadar dan alam sadar pengarang. Pengarang yang sering membicarkan proses kreatifnya lebih suka menyinggung prosedur teknis yang dilakukan secara sadar daripada membicarakan ``bakat alam``, atau pengalaman yang menjadi bahan karya, atau karyanya sebagai cermin atau prisma dari pribadi mereka.
            Sastrawan adalah spesialis dalam asosiasi (wit), disosiasi (penilaian) dan mengkombinasikan kembali (menyatukan unsur-unsur yang dialami secara terpisah. Sastra memakai kata sebagai medium. Sastrawan mengumpulkan kata-kata seperti anak kecil mengumpulkan boneka, perangko, atau binatang peliharaan. Bagi penyair, kata-kata bukanlah ``tanda`` suatu pasangan yang transparan melaikan ``simbol``, yang mempunyai nilai dirinya sendiri di samping sebagai alat untuk mewakili hal lain. Simbol dapat merupakan objek atau benda yang bernilai karena bunyinya atau penampilannya.
            Untuk penulis naratif, yang disorot adalah ``penciptaan`` tokoh dan cerita. Jadi pembicaraan tokoh bisa dianggap campuran dari tokoh tipe yang sudah ada dalam tradisi sastra, orang-orang yang diamati oleh pengarang, dan diri pengarang sendiri. Kadar pencampuran ini bervariasi. Penulis realis boleh dikatakan membuat pengamatan terhadap perilaku masyarakat dan menyajikan rasa empati, sedangkan penulis romantik membuat proyeksi perasaannya. Tapi penokohan yang meyakinkan sulit dibuat hanya dari pengamatan terhadap orang di sekitar pengarang.
            Proses kreatif merupakan wilayah penelitian dan penyidikan psikologi. Psikologi dapat mengklasifikasikan pengarang berdasarkan tipe psikologi dan fisiologinya. Mereka bisa menguraikan kelainan jiwanya, bahkan meneliti alam bawah sadarnya. Bukti-bukti untuk itu diambil dari dokumen di luar sastra atau dari karya sastra sendiri. Untuk menginterpretasikan karya sastra sebagai bukti psikolog, ia perlu mencocokkannya dengan dokumen-dokumen di luar sastra.
            Psikologi dapat menjelaskan proses kreatif. Metode mengarang banyak diperhatikan dalam psikologi. Juga kebiasaan pengarang merevisi dan menulis kembali karyanya.  Ada studi genesis karya, tahap awal, buram, dan bagian-bagian yang dibuang. Yang lebih bermanfaat adalah studi tentang perbaikan naskah, koreksi, dan seterusnya, karena jika dipakai dengan tepat dapat membantu melihat keretakan, ketidakteraturan, perubahan, dan distorsi yang sangat penting dalam suatu karya sastra.  

2 komentar: